Laporan Wartawan Tribun Jabar, Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Delapan dari sepuluh warga Indonesia, terutama kalangan anak, sudah terkena dampak perundungan atau bullying, baik dalam kehidupan nyata maupun media sosial di internet. Pemberantasan bullying di lingkungan pendidikan pun masih menjadi pekerjaan berat bagi semua pihak di Indonesia.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jasra Putra, mengatakan bullying yang sudah dialami kebanyakan orang ini berdampak serius terhadap kejiwaan bahkan sampai terhadap fisik korban, maupun pelakunya. Bullying wajib segera dihentikan di dunia pendidikan karena bisa berdampak sampai kematian.
• Pengakuan Mantan Napi Lapas Sukamiskin, Toilet Umur Seabad dan Tak Semua Napi Kaya
Kedua pihak, katanya, bisa saja mengalami masalah jiwa dan sosial. Korban bullying bisa saja mengalami depresi sampai bunuh diri. Ataupun pelaku bullying yang mendapat pembalasan dari korbannya berupa tindak kekerasan sampai pembunuhan.
50 persen kasus kekerasan anak di dunia pendidikan disebabkan bullying. Dan kekerasan terhadap anak di dunia pendidikan ini merupakan peringkat keempat dari 1.885 kasus anak pada 2018, setelah masalah akibat pelanggaran hukum, pengasuhan, dan cyber crime tau kejahatan di dunia maya.
Begini Cara Kirim Chat WhatsApp Secara Otomatis, Pesan Akan Terkirim Sesuai Waktu yang Diinginkan https://t.co/HE2A5fl2Lh via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) July 27, 2018
"Kebijakan sekolah ramah anak bisa menjadi solusi meminimalisasi kekerasan di dunia pendidikan. Dalam konsep sekolah ramah anak ini, guru harus lebih sensitif terhadap apa yang dialami anak, orang tua jangan menyerahkan sepenuhnya anak kepada sekolah tanpa pengawasan, serta orang tua bersama guru terus berkomunikaai mengenai perkembangan anaknya. Jangan sampai masalah di rumah terbawa ke sekolah tanpa pengawasan," kata Jasra di Bandung, Jumat (27/7/2018).
Ada yang Mencurigakan dari Sel Setya Novanto di Lapas, Menkumham Sebut Itu Bukan Sel Sebenarnya https://t.co/6VYw6ppvlp via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) July 27, 2018
Jasra mencontohkan seperti kasus yang terjadi di Riau beberapa waktu lalu, seorang anak diejek miskin dan buruk rupa oleh teman-temannya di sekolah. Namun, katanya, pihak sekolah tidak mendeteksi hal tersebut dan keluarganya pun tidak mengetahui masalah yang dihadapi anaknya. Akhirnya, anak ini bunuh diri.
"Bullying ini PR kita di satuan pendidikan dan 50 persen ini angka yang terlalu tinggi. Apalagi sekarang ada cyber bullying, di peringkat ketiga. Apalagi dari 87 juta anak Indonesia, 30 persen sudah di medsos," ujarnya
http://jabar.tribunnews.com/2018/07/27/8-dari-10-anak-indonesia-pernah-di-bully-harus-segera-diakhiri-karena-bisa-bunuh-diriBagikan Berita Ini
0 Response to "8 dari 10 Anak Indonesia Pernah Di-bully, Harus Segera Diakhiri karena Bisa Bunuh Diri"
Post a Comment